Media Cyber Indonesia

Caption Foto : Gubernur Sumsel Herman Deru saat memberikan sambutannya di acara pengukuhan Guru Besar Universitas Bina Darma, Prof. Dr. Ir. H. Achmad Syarifudin, M.Sc (Dok. Humas Pemprov Sumsel)

Pengukuhan Guru Besar Universitas Bina Darma oleh Gubernur Sumsel

PALEMBANG – Gubernur Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel), H. Herman Deru, hadir dalam acara pengukuhan Guru Besar Universitas Bina Darma, Prof. Dr. Ir. H. Achmad Syarifudin, M.Sc, dalam bidang Ilmu Teknik Sipil dan Lingkungan. Acara tersebut berlangsung di Ballroom Grand Atyasa pada hari Kamis (25/5).

Dalam kesempatan tersebut, Gubernur Herman Deru memberikan apresiasi terhadap orasi ilmiah Prof. Dr. Ir. H. Achmad Syarifudin, M.Sc yang membahas tentang pengelolaan sistem drainase perkotaan dan bencana hidrometeorologi.

Gubernur menyadari bahwa penataan air seringkali dilakukan setelah masalah terjadi, bukan sebelumnya melalui perencanaan tata kelola drainase yang melibatkan penduduk.

Gubernur Herman Deru menganggap orasi ilmiah tersebut memberikan masukan dan inspirasi bagi dirinya sebagai pemimpin daerah, terutama dalam navigasi pengelolaan sistem drainase di daerah.

Ia menekankan pentingnya memperhatikan faktor manusia dan alam dalam perencanaan tersebut, serta menyelaraskan program dengan instansi terkait.

Dalam kesempatan tersebut, Gubernur Herman Deru juga memberikan pesan kepada Prof. Dr. Ir. H. Achmad Syarifudin, M.Sc untuk terus mendedikasikan ilmunya dalam mencetak Sumber Daya Manusia (SDM) unggul di Sumatera Selatan.

Ia menekankan pentingnya menjadi seorang profesor yang bermanfaat bagi banyak orang, sambil memberi pengingat agar tetap menjaga kesehatan sebagai prioritas utama.

Prof. Dr. Ir. H. Achmad Syarifudin, M.Sc dalam paparan orasi ilmiahnya mengungkapkan bahwa bencana alam di Indonesia mengalami peningkatan pesat dari tahun 2000-2022, terutama bencana hidrometeorologi seperti banjir yang menyumbang lebih dari 70% bencana.

Pertumbuhan perkotaan yang tidak terkelola dengan baik dapat menghambat pembangunan dan berkontribusi pada kemiskinan serta kelangkaan air bersih dan sanitasi yang sehat.

Achmad Syarifudin menyampaikan bahwa masalah banjir di perkotaan umumnya disebabkan oleh kurangnya efektivitas sistem drainase yang ada.

Baca juga :  Herman Deru Raih Penghargaan Kepemimpinan Kearsipan pada Tingkat Desa

Pengembangan drainase perkotaan seringkali sulit dilakukan karena topografi datar, perkembangan kota di daerah rawan banjir, tingkat curah hujan yang tinggi, dan kerusakan atau hilangnya daerah penampungan air.

Dalam mengatasi masalah tersebut, Achmad Syarifudin menekankan pentingnya solusi inovatif berbasis alam untuk mitigasi banjir, seperti Sistem Drainase Perkotaan Berkelanjutan (SUDS).

SUDS bekerja dengan meniru proses alami seperti infiltrasi air hujan, evaporasi, perkolasi, penyimpanan, pergerakan aliran permukaan, dan pengolahan limpasan air.

Ia menggarisbawahi pentingnya menerapkan pendekatan berbasis alam dalam mengurangi dampak bahaya hidrometeorologi, terutama di daerah perkotaan yang padat penduduk seperti Kota Palembang.

Dengan demikian, pengembangan solusi inovatif seperti SUDS menjadi langkah yang diperlukan dalam mengatasi permasalahan banjir di perkotaan. Hal ini dapat membantu mengurangi risiko banjir serta meminimalkan dampak negatif terhadap pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.***