Ketua LSK Battra Ramuan Indonesia Hadiri Pelatihan TCM 2025 di Chengdu

Chengdu – Ketua Lembaga Sertifikasi Kompetensi Pengobat Tradisional Ramuan Indonesia (LSK Battra Ramuan Indonesia), R.M. Alfian, Br.M., S.Tr.Kes., S.T., S.Ud., B.Med, M.Si, menghadiri The 2025 TCM Training Program di Hospital of Chengdu University of Traditional Chinese Medicine (CDUTCM), Tiongkok. Kehadiran beliau dalam program pelatihan bergengsi ini selain peningkatan kapasitas keilmuan personal, juga menggali Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan kurikulum berbasis kompetensi untuk profesi Pengobat Tradisional Ramuan Indonesia.

Program pelatihan yang berlangsung dari 28 Juli hingga 8 Agustus 2025 ini memberikan pemaparan mendalam terkait sistem pendidikan, pembelajaran klinis, serta pengembangan kompetensi profesi TCM (Traditional Chinese Medicine), yang telah terstandarisasi secara nasional di Tiongkok dan diakui oleh dunia internasional. “Apa yang kami pelajari di sini bukan hanya metode terapi seperti pemanfaatan herbal Tiongkok, tetapi juga bagaimana profesi mereka ditata melalui standar kompetensi yang rinci, kurikulum yang berbasis praktik, dan pembinaan profesi berkelanjutan. Hal ini sangat relevan dengan pembaruan sistem pendidikan pengobat tradisional di Indonesia,” jelas R.M. Alfian dalam wawancara via telepon usai mengikuti sesi observasi pembelajaran klinis di Rumah Sakit.

Menurut Alfian, kehadirannya di Chengdu merupakan bagian dari strategi jangka panjang untuk membangun sistem pendidikan dan sertifikasi profesi Battra Ramuan yang tidak hanya sesuai dengan kearifan lokal Indonesia, tetapi juga mampu menjawab tantangan profesionalisme dan integrasi layanan kesehatan tradisional dalam sistem nasional. “Kami akan menyesuaikan temuan dari Tiongkok dengan konteks Indonesia — baik dari sisi materi, struktur SKL, hingga pola asesmen. Targetnya adalah lahirnya kurikulum nasional Battra Ramuan Indonesia berbasis kompetensi, yang bisa diberlakukan di berbagai lembaga pelatihan, akademi, dan tempat uji kompetensi (TUK),” tegasnya.

Selama pelatihan, para peserta diberikan akses langsung ke pusat pembelajaran klinik, laboratorium formulasi herbal, serta sesi diskusi dengan ahli kurikulum dan pendidik profesi TCM. Sistem pendidikan TCM di Tiongkok dikenal memiliki struktur kurikulum yang kuat, berbasis praktik dan disesuaikan dengan standar pelayanan klinis. “Kami menyambut baik kehadiran Pak Alfian karena beliau tidak hanya berperan sebagai peserta, tetapi juga sebagai pemimpin institusi yang sedang membangun masa depan sistem pengobatan tradisional di negaranya. Tentunya hal ini sejalan dengan semangat kolaborasi kami,” ujar Dr. Wan Peng, Head of International Exchange and Cooperation, Hospital of CDUTCM .

Keikutsertaan Ketua LSK Battra Ramuan Indonesia dalam program pelatihan TCM ini menunjukkan komitmen serius dalam membangun sistem pendidikan dan sertifikasi pengobat tradisional Indonesia yang kredibel, adaptif, dan berstandar internasional. Langkah ini diharapkan pengobat tradisional ramuan Indonesia tidak hanya menjadi pewaris budaya leluhur, tetapi juga tenaga kesehatan profesional yang mampu berkontribusi dalam sistem layanan kesehatan terpadu nasional. (Kel)